Sejarah
Gunung Merapi (2911 meter di atas permukaan laut) merupakan salah satu
gunung berapi di Indonesia yang masih aktif. Gunung ini terletak kira-kira 30
km di sebelah utara Kota Yogyakarta dan termasuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa
Tengah dan DI Yogyakarta. Gunung Merapi bertalian erat dengan mitos,
kepercayaan, dan filosofi masyarakat Jawa, terutama masyarakat sekitar gunung
tersebut. Hal ini digambarkan dengan garis imajiner yang menghubungkan antara
Gunung Merapi dengan Laut Selatan (Samudera Indonesia) dengan Kota Yogyakarta
sebagai titik pusat. Garis imajiner tersebut mempunyai dua aspek filosofis,
yaitujagat alit dan jagat ageng. Jagat alit merupakan proses perjalanan
kehidupan manusia sejak lahir hingga menghadap Yang Maha Kuasa. Tugu Yogyakarta
merupakan titik di mana manusia dapat menyatu dengan Tuhan tatkala ia mampu
menempuh kehidupan dengan benar dan “lurus”.
Planologi Kota Yogyakarta menggambarkan makna dari filosofi tersebut melalui jalan yang membujur dari selatan ke utara. Namun, perjalanan kehidupan manusia tak lepas dari godaan kekuasaan dan kemewahan. Godaan kekuasaan digambarkan melalui kompleks Kepatihan, sedangkan godaan harta tergambar lewat pasar Beringharjo yang berada di sisi jalan antara Keraton dan Tugu Yogyakarta. Jagat Ageng bermakna seorang pemimpin harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan mementingkan hati nurani ketimbang nafsu kekuasaan. Pemimpin harus melandaskan kepemimpinannya dengan berdasarkan keyakinan kepada Tuhan. Artinya, tindakan memimpin mestilah berdasar pada apa yang diperbolehkan/diperintahkan dan dilarang oleh Tuhan. Oleh karena itu, makna dari garis imajiner tersebut adalah bahwa manusia dapat berada dekat dan menyatu dengan Tuhannya ketika ia sudah dapat memaknai hakikat hidup yang sebenarnya serta berperilaku sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Tuhan.
Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang memiliki keistimewaan tersendiri. Hingga saat ini, Gunung Merapi masih menjadi salah satu gunung berapi yang masih aktif di Indonesia. Sejak meletus pada tahun 1548, Gunung Merapi sudah meletus 68 kali. Aktivitas letusan kecil Merapi terjadi setiap 2-3 tahun dan letusan besar terjadi sekitar 10-15 tahun sekali – terakhir pada tahun 2006. Letusan besar Gunung Merapi terjadi pada tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan pada tahun 1006 inilah yang diklaim sebagai penyebab perpindahan Kerajaan Mataram Hindu ke Jawa Timur. Sementara itu, letusan yang terjadi pada tahun 1930 menelan korban 1.369 jiwa.
Aktivitas letusan yang sering terjadi mengakibatkan ketinggian dan bentuk puncak Merapi senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Mendaki Merapi menjadi tantangan tersendiri bagi Anda yang suka melakukan petualangan. Jalan setapak untuk mendaki Merapi tidak seperti laiknya jalur pendakian. Kadang-kadang jalan ini lebih menyerupai parit dari puncak gunung. Begitu pula medan sepanjang pendakian: berbatu, terjal, dan mudah longsor. Mendekati Puncak Garuda, para pendaki harus ekstra hati-hati dan tepat dalam mengambil keputusan karena tak jarang bebatuan yang diinjak justru longsor yang bisa berakibat fatal. Untuk mendaki Gunung Merapi, Anda cukup menuliskan identitas diri di buku tamu dan membayar tiket sebesar Rp 3.000,00 per orang di posko pendakian.
Keistimewahan Gunung Merapi
Bencana memang telah berlalu meski itu belum berarti kondisinya
sudah benar-benar aman. Akan tetapi, wisatawan yang penasaran dengan erupsi
masih bisa menjumpai sejumlah "peninggalan" awan panas atau yang
biasa disebut masyarakat setempat dengan istilah wedhus gembel. Selain tumpukan
material, hal yang cukup menarik adalah bungker tempat perlindungan (tempat
kedua korban meninggal akibat temperatur tinggi saat dievakuasi suhu material
masih sekitar 400 derajat Celsius). Belasan meter ke arah timur dari bungker,
wisatawan bisa melihat sisa-sisa bangunan warung makan dan minuman yang hancur
diterjang material. "Awan panas juga menghancurkan beberapa bangunan
lain.
Dulu di sini ada pendopo besar, Gedung BPPT (Balai Penelitian dan
Pengembangan Teknologi), musala, toilet, dan pos keamanan. Semua bangunan itu
rata dengan tanah. Yang tersisa tinggal gazebo kecil di tepi Kali Gendol,"
ujar Sukijo (50), juga warga Kaliadem. Di sebelah timur warung yang rusak,
wisatawan bisa melihat alur Kali Gendol yang cukup lebar dengan kedalaman
sekitar 50 meter. Pada musim hujan, Kali Gendol menjadi salah satu bagian
paling menarik dari erupsi Merapi. Alur kali yang juga terisi material itu
menjadi jalur aliran lahar dingin dari arah hulu. Percampuran air hujan dan material
vulkanik (erupsi sekunder) menimbulkan fenomena alam yang menarik, mulai dari
bau belerang menyengat, kepulan asap kecoklatan sebagai hasil reaksi kimia,
hingga hujan abu yang turun di sekitar kali.
Wisata Kaligendol
Menikmati Kaliadem sebenarnya tidak harus dilakukan siang hari. Pada
malam hari pun suasananya sangat mendukung. Kalau sabar, pengunjung bisa
melihat lelehan lava pijar berwarna merah kekuningan, sangat kontras dengan
pekatnya malam.
Wisata
Kaliadem
Setelah puas di Kaliadem, wisatawan bisa mencari obyek wisata alternatif
lain. Di sekitar Kaliadem terdapat beberapa obyek wisata yang mengandalkan
keelokan alam, seperti alur Kali Kuning ataupun bumi perkemahan Wonogondang
yang cukup asri.
Wisata
Kalikuning
Di Kali Kuning, wisatawan akan menjumpai hijaunya pepohonan pinus yang
tumbuh di sepanjang alur kali. Di sepanjang alur itu terdapat beberapa titik
yang memiliki pemandangan bagus dan biasa dipakai untuk kegiatan berbau alam,
seperti out bond. Di kawasan ini juga terdapat banyak penginapan yang bisa
disewa dengan harga murah, mulai sekitar Rp 30.000 per malam. Salah satu
titik yang menarik di alur Kali Kuning adalah daerah Plunyon. Selain dam,
wisatawan dapat melihat aktivitas penambangan pasir secara tradisional. Banyak
juga calon pengantin memanfaatkan keberadaan jembatan kecil berikut kondisi
alamnya untuk sesi pemotretan. Wisatawan yang ingin melakukan kegiatan
berbau alam secara beramai-ramai juga bisa memanfaatkan Wonogondang yang
mempunyai fasilitas cukup lengkap, mulai dari aula, toilet, hingga penerangan
listrik. Jika belum puas, wisatawan bisa melanjutkan perjalanan ke
Kaliurang yang berada di sebelah barat Kaliadem. Di tempat ini, wisatawan bisa
menikmati keindahan alam sembari beristirahat lebih nyaman karena terdapat
lebih dari 200 hotel dan penginapan.
Wista
Kaliurang
Kaliurang juga memiliki obyek-obyek menarik untuk dikunjungi, antara lain Tlogo
Putri yang menyediakan pentas aneka potensi kesenian Sleman dari dangdut, band,
keroncong, campursari, jathilan, dan masih banyak lagi.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan, wisatawan juga bisa menikmati
lezatnya makanan lokal khas Kaliurang, seperti jadah dan tempe atau tahu bacem.
Makanan lain yang juga menarik adalah sate kelinci. Di Kaliurang. Dan
juga Museum Ulen Sentalu yang berisi koleksi berbagai batik dan
barang-barang dari keraton Yogyakarta dan Surakarta, serta gardu pandang di Pos
Pengamatan Gunung Merapi.
Museum
Ulen Sentalu
Lokasi
Secara adrministratif Gunung
Merapi masuk di wilayah Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta, Kabupaten
Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa
Tengah. Akses Ada beberapa jalur pendakian yang dapat ditempuh untuk
mendaki merapi dengan tingkat kesulitan dan jarak tempuh yang berbeda-beda.
Jarul yang bisa ditempuh para pendaki antara lain.
Pertama, jalur sisi selatan Gunung
Merapi, melalui Dusun Kinahrejo. Jalur ini dapat dikatakan sebagai gerbang
masuk Gunung Merapi. Pos pendakian berada di rumah Alm Mbah Marijan.
Pendakian dari jalur ini dapat ditempuh rata-rata 6-7 jam menuju puncak. Para
pendaki yang menempuh jalur ini akan langsung berhadapan dengan medan yang relative berat
dengan kemiringan 30-34 Derajat. Para pendaki pemula sebaiknya menghindari
jalur ini karena medan berat. Untuk
sampai di Kinahrejo, Anda dapat menggunakan kendaraan umum jurusan
Yogyakarta-Kaliurang, kemudian dari Kaliurang menuju Kinahrejo ditempuh dengan
berjalan kaki.
Kedua, jalur Selo berada di sisi utara Gunung Merapi. Jalur ini cocok
bagi para pendaki pemula karena medan pendakian yang menjadi basecamp para
pendaki. Posko pendakian berada di Dusun Plalanga, Desa Lencoh.
Transportasi umum untuk mencapai dusun ini : dari Solo naik bus
jurusan Semarang, turun di Boyolali. Dari boyolali naik minibus menuju Selo,
turun pertigaan pasar Selo. Dari pasar Selo menuju pasar pendakian di tempuh
dengan berjalan kaki sekitar 1 km.
Perlu diperhatikan, minibus
jurusan Selo hanya ada sampai jam 17.00 WIB.
Akomodasi dan fasilitas lainnya
Disekitar kawasan wisata
kaliurang, terdapat beberapa hotel yang tarifnya bervariasi. Ada juga beberapa
restoran kecil yang menawarkan berbagai menu makanan. Selain itu, anda dapat
menggunakan posko pendakian, baik di kenahrejo maupun di plalangan, sebagai
tempat beristirahat sebelum dan setelah melakukan pendakian. Bahkan, anda boleh
pula bermalam disini. Di masing-masing posko, ada beberapa pemandu yang siap
mengantar anda mencapai puncak. Beberapa diantara mereka sekaligus berfungsi
sebagai anggota SAR ( Search and RescueI ).
Biasanya, posko pendakian ini
menyediakan makanan dan minuman dengan harga yang relative murah. Para pemuda
yang berada di sekitar posko itu biasanya menyediakan souvenir berupa stiker,
kaos, gantungan kunci, dan pernak pernik lainnya. Sebelum mulai mendaki, anda
harus membawa bekal air yang cukup karena anda akan kesulitan mencari air
dilereng gunung merapi.
Penulis : Rahma Ihda Arifani
Tidak ada komentar :
Posting Komentar