Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia
Candi Borobudur
merupakan monumen Buddha termegah dan kompleks stupa terbesar di dunia yang
diakui oleh UNESCO. Bangunan Candi Borobudur secara keseluruhan menjadi galeri
akan mahakarya para pemahat batu.
![]() |
Candi Borobudur, Yogyakarta |
Relief yang terpahat di
dinding candi terbagi menjadi 4 kisah utama yakni Karmawibangga, Lalita
Wistara, Jataka dan Awadana, serta Gandawyuda. Selain mengisahkan tentang
perjalanan hidup Sang Buddha dan ajaran-ajarannya, relief tersebut juga merekam
kemajuan masyarakat Jawa pada masa itu. Bukti bahwa nenek moyang Bangsa
Indonesia adalah pelaut yang ulung dan tangguh dapat dilihat pada 10 relief
kapal yang ada. Salah satu relief kapal dijadikan model dalam membuat replika
kapal yang digunakan untuk mengarungi The Cinnamon Route dari
Jawa hingga benua Afrika. Saat ini replika kapal yang disebut sebagai Kapal
Borobudur itu disimpan di Museum Samudra Raksa.
Untuk mengikuti alur
jalinan kisah yang terpahat pada dinding candi, pengunjung harus berjalan
mengitari candi searah jarum jam atau yang dikenal dengan istilah pradaksina.
Masuk melalui pintu timur, berjalan searah jarum jam agar posisi candi selalu
ada di sebelah kanan, hingga tiba di tangga timur dan melangkahkan kaki naik ke
tingkat berikutnya. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga semua tingkat
terlewati dan berada di puncak candi yang berbentuk stupa induk. Sesampainya di
puncak, layangkanlah pandangan ke segala arah maka akan terlihat deretan
Perbukitan Menoreh, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi, dan Gunung
Merbabu yang berdiri tegak mengitari candi. Gunung dan perbukitan tersebut
seolah-olah menjadi penjaga yang membentengi keberadaan Candi Borobudur.
Berdasarkan prasasti
Kayumwungan yang bertanggal 26 Mei 824, Candi Borobudur dibangun oleh Raja
Samaratungga antara abad ke-8 hingga abad ke-9, berbarengan dengan Mendut dan Pawon. Proses
pembangunan berlangsung selama 75 tahun di bawah kepemimpinan arsitek
Gunadarma. Meski belum mengenal komputer dan peralatan canggih lainnya,
Gunadarma mampu menerapkan sistem interlock dalam pembangunan
candi. Sebanyak 60.000 meter kubik batu andesit yang berjumlah 2.000.000 balok
batu yang diusung dari Sungai Elo dan Progo dipahat dan dirangkai menjadi puzzle raksasa
yang menutupi sebuah bukit kecil hingga terbentuk Candi Borobudur.
Borobudur tidak hanya
memiliki nilai seni yang teramat tinggi, karya agung yang menjadi bukti
peradaban manusia pada masa lalu ini juga sarat dengan nilai filosofis.
Mengusung konsep mandala yang melambangkan kosmologi alam
semesta dalam ajaran Buddha, bangunan megah ini dibagi menjadi tiga tingkatan,
yakni dunia hasrat atau nafsu (Kamadhatu), dunia bentuk (Rupadhatu), dan dunia
tanpa bentuk (Arupadhatu). Jika dilihat dari ketinggian, Candi Borobudur
laksana ceplok teratai di atas bukit. Dinding-dinding candi yang berada di
tingkatan Kamadatu dan Rupadatu sebagai kelopak bunga, sedangkan deretan stupa
yang melingkar di tingkat Arupadatu menjadi benang sarinya. Stupa Induk
melambangkan Sang Buddha, sehingga secara utuh Borobudur menggambarkan Buddha
yang sedang duduk di atas kelopak bunga teratai.
Menikmati
kemegahan Candi Borobudur tidak hanya cukup dengan berjalan menyusuri lorong
dan naik ke tingkat teratas candi. Satu hal yang jangan dilewatkan adalah
menyaksikan Borobudur Sunrise dan Borobudur Sunset dari atas candi. Siraman
cahaya mentari pagi yang menerpa stupa dan arca Buddha membuat keagungan dan
kemegahan candi lebih terasa. Sedangkan berdiri di puncak candi di kala senja
bersama deretan stupa dan menyaksikan sinar matahari yang perlahan mulai lindap
akan menciptakan perasaan tenang dan damaiJam buka:
- Wisatawan domestik atau pemegang KITAS: Rp 30.000
- Wisatawan domestik anak-anak: Rp 12.500
- Wisatawan mancanegara: USD 15
- Wisatawan mancanegara dengan kartu pelajar: USD
Penulis : Nana Puspita Rini
Tidak ada komentar :
Posting Komentar